Sabtu, 09 Juli 2011

EN-KA-ER-I, Mengurai Benang Kusut

Indonesia terdiri dari kepulauan yang dihubungkan oleh laut. Dalam satu daratan / pulau, terbentang hamparan menghijau yang kaya, subur dan mestinya makmur.

Wilayah yang sangat luas itu sudah banyak dipadati penduduk, terutama kawasan Jawa, mereka semua punya aktifitasnya masing - masing maupun aktifitas kelompok untuk mewujudkan cita-cita bersama. Kelompok yang paling kecil. kita mengenal Keluarga, yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak, atau banyak anak-anak.

Pada kelompok yang lebih besar, ada RT, RW, Dusun/Dukuh, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi. Belum lagi Kelompok Non Formal misalkan Kelompok Pengajian Ibu-ibu, Kelompok Yasinan Bapak-bapak. dan seterusnya banyak sekali kelompok-kelompok Produktif lainnya.

Biasanya tiap-tiap kelompok itu ada aktifitas usaha di semua lini kehidupan. Antara lain: simpan-pinjam, arisan atau yang lainnya dan ini bisa dipastikan  kegiatan tersebut ada di setiap RT di seluruh Indonesia. kalau kita cermati, kegiatan tersebut berjalan walaupun pasti tiap kelompok tersebut ada masalah, terutama berkaitan dengan simpan-pinjam. Pasti ada kridit macet, senengnya Utang tidak mau membayar dan bisa dipastikan lebih dari satu kasus di satu tempat. kalau misalkan orang yang bermasalah tersebut ikut lima macam usaha atau kelompaok arisan dan simpan pinjam, biasanya semua kelompok yang dia ikuti juga hutang dan tidak mau bayar alias kridit macet.
saya yakin aja ini terjadi diseluruh usaha yang ada dan terjadi di seluruh Indonesia tercinta. Yang berarti bahwa mentalitas manusia Indonesia itu senengane Utang ogah-ogah an membayar. Ini baru lingkungan RT saja, saya tidak bisa membayangkan untuk yang sekup lebih besar atau bahkan yang skup Nasional.

Berarti juga, secara perlahan dan pasti Anggota keluarga mereka diberi makan dengan uang, atau hasil usaha yang mungkin kurang bersih atau tidak halal, karena untuk istilah kurang halal saya kira tidak ada. Kebiasaan makan barang haram akan berpengaruh pada pola pikir dan perilaku, perilaku secara pribadi, perilaku secara kelompok, perilaku secara nasional. Baik atau Buruk silahkan bayangkan sendiri.

karena secara nasional juga demikian, maka siksa atau azab atau belenggu yang menimpa itu berlaku umum, tidak hanya untuk orang tertentu yang berbuat saja, termasuk orang orang yang beriman, aqidahnya benar juga merasakan akibat tersebut.

Kebobrokan di sektor yang paling bawah ini sebenarnya salah siapa? Kenapa misalkan Listrik itu, Pajak Penerangan Jalan itu semua suruh bayar, padahal di Desa kalau mau menyalakan untuk penerangan jalan Ora Oleh. PPJ hanya untuk penerangan di Kota-kota. padahal masyarakat kota itu kalau disuruh mengeluarkan penerangan jalan didepan rumah masing masing pasti sanggup dan mampu. Lain dengan masyarakat di pedesaan. kenapa yang di desa diruruh mandiri, berari pengeluaran listriknya semakin besar, berarti PPJ nya juga semakin banyak. Sudah jatuh tertimpa tangga.

Anggaplah itu sebagai perbuatan baik (Penerangan Jalan). Sedikit perbuatan baik ini tidak mendapatkan apa-apa karena dari yang bersangkutan ngomel, nggrundel yang  membuat amal tersebut menjadi Hampa. sudah keluar banyak dan tidak ada dampak positif bagi pribadi, justru kedongkolan dan kecemburuan sosial yang sedikit demi sedikit menumpuk  yang suatu saat akan menggunung

Ketimpangan ini sampai kapan akan terus terjadi, kapan akan berakhir????????????????????
masih banyak lagi uneg-uneg yang belum tersampaikan, ini baru dari satu orang. Padahal tiap individu mempunyai keluhan dan pengalaman tidak menyenangkan sendiri sendiri, semuanya ingin diluapkan, ingin ditumpahkan untuk mengurangi beban batin yang menghimpit. Belum lagi mereka mereka yang tidak berani mengungkapkan dan biasanya malah mendoakan yang jelek-jelek. padahal doa orang yang sedang teraniaya itu makbul.

Benang kusut yang membuat kusut wajah-wajah Bumi Pertiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wa Salam Alaikum

Yang Kuasa Memberkati.